Jumat, 09 Maret 2012

Vienna

Tepatnya Windows Vienna :). Atau Windows 7. Ini adalah nama sistem operasi baru Microsoft yang “digadang-gadang” sebagai calon penerus Windows Vista. Btw, posting ini bukan bagian dari serial kota-kota di Austria loh. Soal itu lebih baik disimpan untuk blogger lain saat Piala Eropa digelar nanti (saya bukan maniak bola, sayangnya).
So, do you Vista?” “No, I don’t.” Nggak ada Vista-Vistaan, setidaknya dalam waktu dekat ini.
Microsoft sendiri mengaku penjualan Windows Vista sejauh ini laris manis. Tapi fakta di lapangan kelihatannya berbeda. Banyak user (termasuk saya) yang lebih suka bertahan dengan windows XP ketimbang mengupgrade ke Vista. Di Vista, 1 GB RAM senilai dengan 128 MB RAM untuk Windows XP, 16 MB untuk Windows 95, atau bahkan 4 MB untuk Windows 3.1 (kalau ada yang masih ingat dengan versi Windows ini). Sudah tahu artinya kan? Perlu sumber daya yang lebih besar untuk pekerjaan yang relatif sama.

Bayangkan, spasi hard disk 15 GB dan memory 1 GB habis terpakai hanya untuk OS. Untuk aplikasi jelas perlu RAM lebih besar lagi (kecuali kita pasang Vista cuma untuk main Solitaire doang). Parahnya lagi, software yang sama akan memerlukan RAM lebih besar untuk dijalankan diatas Vista dibandingkan XP. Editor video Pinnacle 11 yang di platform XP hanya meminta RAM 512 MB, di Vista malahan menuntut 1 GB (sementara itu OS nya sudah minta jatah 1 GB sendiri). Alamaak!
Yang menarik sebenarnya adalah langkah Microsoft untuk merilis Windows Vienna alias Windows 7 ini pada paruh kedua tahun depan, atau hanya berselang 3 tahun sejak merilis windows Vista. Microsoft biasanya merilis versi mayor dari OS nya setiap 5-6 tahun, dengan diselingi versi minor tiap 2-3 tahun. Lantas dimana posisi Windows Vienna alias Windows 7 ini nantinya? Akankah versi ini akan menjadi perbaikan minor dari Windows Vista (seperti halnya Windows 98), atau jangan-jangan ini merupakan bagian dari rencana Microsoft untuk segera “membunuh” Windows XP?
Beberapa website, termasuk Wikipedia, menyebutkan bahwa Windows 7 sebenarnya disiapkan sejak tahun 2000-an sebagai penerus Windows XP beserta versi servernya, Windows Server 2003. Versi yang semula disebut dengan nama kode Blackcomb ini rencananya akan dirilis pada 2005. Tapi belakangan proyek Blackcomb tertunda. Microsoft malahan disibukkan dengan versi perbaikan untuk Windows XP — dikenal sebagai Windows XP Service Pack 2 (SP2). Selepas itu, Microsoft memutuskan menggeber pengembangan Longhorn, yang tidak lain adalah Windows Vista sekarang.
Sejumlah fitur yang semula disiapkan untuk Vista, diantaranya sistem file baru berjuluk WinFS dan dukungan terhadap piranti HD DVD, ternyata urung dipaket, dan baru akan dipasang pada Blackcomb. Belakangan Microsoft mengganti nama kode pengembangan dari Blackcomb menjadi Vienna. Akhirnya, tanggal 20 Juli 2007 Microsoft mengumumkan Windows 7 sebagai nama resmi untuk produk anyar mereka itu, diikuti dengan penentuan “ancar-ancar” rilisnya, yakni sekitar akhir tahun 2009 (tapi tentunya kita tidak perlu berharap banyak. Bukan Microsoft namanya kalau tanpa penundaan jadwal rilis.)
Kalau dilihat dari riwayat kemunculannya, saya malahan jadi curiga kalau sebenarnya Windows Vista hanyalah produk antara sebelum produk yang betul-betul stabil dirilis. Sepintas perubahan dari XP ke Vista tidaklah seradikal pergantian Windows 98 ke XP, atau bahkan Windows 3.1 ke Windows 95 misalnya. Diluar fitur-fitur baru yg disertakan, Windows Vista tidak lebih dari Windows XP dengan inrterface Aero dan fitur sekuriti kelas paranoid. Kesemuanya itu harus dibayar mahal dengan kelambanan proses akibat konsumsi sumber daya yang rakus.
Hal lain yang banyak disorot dari Vista adalah “fitur” DRM, Digital Rights Management (a.k.a Digital Restriction Management). Ini sebenarnya bukan fitur, melainkan langkah mundur Microsoft yang berusaha membuat hal-hal yang tadinya sederhana dan mudah menjadi sulit dan rumit.
Saya jadi teringat dengan Windows Me, yang tidak lebih dari produk antara yang gagal; usaha sia-sia Microsoft untuk mengisi celah pasar sebelum dirilisnya Windows XP. So, dilihat dari segi cost-benefit, sementara ini saya tidak melihat ada untungnya untuk cepat-cepat beralih ke Vista. Mendingan tetap dengan XP (dual boot dengan OpenSUSE Linux) sambil menunggu seperti apa Windows 7 nantinya. Kata orang sono: “If it ain’t broke, don’t fix it.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar